Kode Etik
Menyambut tulisan bang Aip soal sumpah guru, saya jadi pengen malu, sebagai guru yang belum tersertifikasi, masih bego soal kode etik guru, thanks bang dah ngingetin.
Rasanya ketika wisuda dulu dari sebuah padepokan Guru di republik tercinta ini, soal kode etik ini selalu didengungkan dalam suasana syahdu, ketika prosesi wisuda yang masih sakral saat itu seorang wisudawan terbaik, membaca kode etik ini didepan senat guru Besar, kami mengikutinya seperti murid saat pembacaan naskah Pancasila.
Berikut ini hasil kopi pasti dari sini
β Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa , Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut :
- Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. duh kalo dilihat berapa banyak ya dari kita yang berjiwa Pancasila
- Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. jujur dan profesional sampai saat ini masih jadi impian para guru, apa bener kalo udah tersertifikasi itu yang disebut guru profesional ???
- Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. yang ini sih pasti
- Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. kenapa ya masih banyak kekerasan terjadi di sekolah atas nama pembinaan??
- Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. ini sangat perlu dan harussss
- Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatan mutu dan martabat profesinya. keknya harus nanya komunitas open source nih
- Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. kalo bukan guru yang mikirin guru lantas siapa lagi yang mau mikirin nasib guru
- Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. kalo sekarang sich dah banyak kayaknya ngak hanya PGRI
- Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan. kalo ngak mau opsinya harus nyebrang ke negri jiran … heheheh
Kalo kode etik diatas dilanggar kira-kira sangsi apa ya yang didapatkan??? dicap mal praktekkah ??? kalo gitu kayaknya masih banyak yang mal praktek dech ….
guru itu identik lampu bangjo, kang guru. kalo melakukan sedikit penyimpangan saja, banyak orang akan berteriak. tapi ketika mampu melaksanakan tugasnya dengan bener, agaknya banyak orang pada tiarap, hiks. repot juga yak jadi guru, hehehehe π
@pak sawali
oow cepet sekali disambar heheh
setuju pak emang udah suratan keknya hehheheheh
BTW saya kok susah sekali buka blog jenengan kenapa ya???
Sawali Tuhusetya said this on Maret 5, 2008 pada 4:09 am |
kunjungi blog saya di taufik79.wordpress.com ya
taufik79 said this on Maret 5, 2008 pada 7:25 am |
Bukan hanya pengabdian, guru adalah profesi/tempat mencari nafkah, sumber penghasilan kalau mengabdi tanpa gaji memang bisa ya wak ?
Semua itu hanya berlaku bagi guru yang berjiwa Pancasila ya ? Bagi yang nggak punya jiwa Pancasila boleh nglanggar donk π
anas said this on Maret 5, 2008 pada 8:47 am |
Mungkin kode etiknya terlalu panjang dan banyak pak .. sehingga lupa setelah profesi itu dijalani bertahun-tahun. Apa ga ada usaha untuk direvitalisasi lagi pak?? lebih ringkas dan mengikuti jaman .. hehehe hanya sekedar saran pak.
erander said this on Maret 5, 2008 pada 12:45 pm |
perlu juga kode etik itu diketahui para murid, supaya mereka tahu dan tidak segan untuk bertanya, jadi mereka tahu benar apa batas dan kewajiban guru yang harus dilakukan terhadap muridnya
peyek said this on Maret 5, 2008 pada 12:47 pm |
Kalo kode etik kedokteran udah dari nenek moyang dulu sudah ada, dan profesi lain seperti guru tampaknya juga perlu π
Rosyidi said this on Maret 5, 2008 pada 3:18 pm |
Kalau soal sertifikasi… hahaha… santai saja, Pak. Saya tidak bersertifikat. Dan tidak akan bersertifikat deh kayaknya. Saya mah bukannya anti sertifikasi, tapi memang nampaknya standarisasi guru seharusnya bukan sertifikasi. Melainkan sekolah lagi.
Jadi gini, maksudnya, ngapain guru diuber-uber untuk sertifikasi. Mendingan disekolahkan lagi semuanya. Yang belum sarjana di beri sekolah sarjana. Yang kepengen master atau doktor, dikasih kesempatan buat melanjutkan sekolah. Gratiss… tis.. tis.
Kalau begitu, kan asik tuh. Gurunya cerdas… Kualitas muridnya pasti terdongkrak.
(*semoga suatu saat jadi kenyataan*)
Soal kode etik. Kalau guru di beri kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Disupport oleh pemerintah dan lingkungan tempat mengajarnya. Pasti tidak usah pakai kode etik.
Di Finlandia, gaji guru sama dengan di Amerika Serikat. Tapi masya allah, anak-anak Finlandia jauh lebih cerdas 3 x lipat daripada anak-anak di Amerika Serikat. Sebabnya hanya satu, mereka rajin membaca.
Guru dan orangtua di Finlandia tidak perlu kode etik. Namun mereka menanamkan kultur membaca yang luar biasa pada generasi mendatang negeri mereka.
Kalau guru di Indonesia berhasil menanamkan minat baca pada siswa-siswa di RI, menunggu keberhasilan RI sebagai negara dan bangsa berakhlak dan adidaya hanya soal menunggu waktu.
Masalahnya, apa orangtua dan guru di RI mau menanamkan minat baca ke anak murid?
(*Jawabannya beragam; Mulai dari waktu yang sempit, kurikulum yang berantakan hingga harga buku mahal yang membuat perpus jadi kosong melompong. Tinggal pilih. Hehe*)
Tapi saya senang sekali, Pak Guru. Akhirnya bisa curhat di blog ini. Hehehe. Maap loh, komennya panjang gini. Seakan mau mengakuisisi tulisan postingan kali ini. Huehehehe.
arifkurniawan as bangaiptop said this on Maret 5, 2008 pada 5:38 pm |
susah jadi guru ya pak! mengenaskan nasibnya.. bicara benar ditegur penguasa… berbuat salah disalahkan masyarakat… kasian deh guru.. hehehe
gempur said this on Maret 6, 2008 pada 4:05 am |
apalagi saya pak….. makin malu jadinya…
mayssari said this on Maret 6, 2008 pada 6:21 am |
Panjang gening wak, kode etikna π Kedap apal eta teh? Kirang kahartos kanggo nerapkeun langsung di lapangan.
indra kh said this on Maret 6, 2008 pada 7:35 am |
Ungkapan lama:
guru: digugu lan ditiru (dipercaya dan dicontoh)
seberapa guru yang begitu, sekarang pak?
mrtajib said this on Maret 6, 2008 pada 12:56 pm |
waduh…jadi sungkan mau komen masalah kode etik guru..soal nya udah ada pak gempur guru senior blogger surabaya..hiks3x..
yg jelas jika guru melanggar kode etik nya, pasti ada stempel jelek di masyarakat…
cempluk said this on Maret 8, 2008 pada 5:32 pm |
Salam Damai β¦
BLOG anda bagus, semoga bermanfaat untuk kita semua!
jika berkenan silahkan kunjungi BLOG kami di :
http://tanpabendera.wordpress.com
terima kasih β¦
tanpabendera said this on Maret 10, 2008 pada 7:37 am |
Mulia jasamu wahai guru
Hanya Tuhan yang dapat membalasnya
Terima kasih guru
salam
apiq said this on Maret 10, 2008 pada 5:44 pm |
GURU : Di GUgu dan di tiRU..
Berarti kalau GURU ngomong Jorok, muridnya akan berperilaku jorok.
Beruntunglah bagi Guru yang memegang martabat dan Kode Etik sebagai guru
indra1082 said this on Maret 11, 2008 pada 5:17 am |
GURU : yen mingGU tuRu
pokoknya jadi guru harus ikhlas, belum sertipikasi kek, ditempatin di daerah terpencil kek, gajinya gede kek (mungkin gak ya?), guru harus ikhlas… biar apa yang diajarkan ke anak didiknya bener-bener jadi tabungan untuk akhirat kelak… amin…..
ndarualqaz said this on Maret 11, 2008 pada 8:47 pm |
ternyata tugas guru itu mulia za… dan tidak hanya ngajar doank.
thx ya kang atas postingannya. jadi dapat pencerahan.
kunjungi blog saya yang mencoba menikmati profesi guru: pertapaan.wordpress.com
markotop said this on Maret 12, 2008 pada 4:47 am |
Blog Aggregator para Pengajar (guru dan dosen) Indonesia
Kepada teman pengajar (baik dosen atau guru) Indonesia di mana saja berada silahkan daftarkan blog atau webnya ke http://blog.pengajar.web.id/tentang-kami/ . Mari mulai menulis tentang dunia kita. Selamat bergabung
awan sundiawan said this on Maret 14, 2008 pada 7:36 am |
Waduh lama sekali tidak pernah kunjung lagi di Blog ini. Pa Kabar Pak, semoga selalu baik2 saja.
Maaf, saya lama tidak berkunjung ke blog ini, karena banyak hal yang harus diselesaikan.
Sampai jumpa lagi ya
prayogo said this on Maret 19, 2008 pada 3:09 am |
Tau gak kenapa bangsa kita gak maju-maju? itu karena guru tidak mendapat tempat terhormat di negeri ini. Saya miris melihat guru SD saya dulu mencari tambahan penghasilan dengan menjadi tukang pijat panggilan.
ary said this on Maret 22, 2008 pada 12:51 pm |
Di zaman serba matre ini, semua jenis pekerjaan yang tadinya merupakan panggilan atau pengabdian telah melorot jadi sekadar cari nafkah.
Nah, adilkah membebani guru dengan berbagai tuntutan yang terlalu ideal, sedangkan si guru sudah terlanjur diposisikan sebagai subordinasi dari sistem yang matre dan korup?
Melihat keadaan itu, aku pikir sangat adil kalau kita bersedia menerima kenyataan bahwa profesi guru tak ubahnya dengan tukang jahit atau artis sinetron; menjual jasa dan mendapat imbalan. TRANSAKSI belaka. Nah, yang kita tuntut dari guru adalah sikap profesional atau transaksi yang fair; dalam arti dia harus bekerja sebaik-baiknya.
Apabila masih ada guru yang idealis atau bekerja tanpa mementingkan imbalan; kita terima saja itu sebagai hal yang wajar seperti dilakukan sejumlah pengacara, dokter dan berbagai profesi lainnya atau kalangan LSM pada umumnya.
Robert Manurung said this on Maret 22, 2008 pada 2:40 pm |
guru…
satu kata namun bermakna
dalam banyak hal dari baca tulis sampe hal-hal mengenai hidup.
mulai dari gru SD, SMP, SMA ataupun Perguruan tinggi “bisa disebut sebagai guru” yang mengajari banyak hal.
ada baiknya kita jangan saling menyalahkan satu sama lain atas ketidakadilan yang satu dengan yang lain. namun yang paling baik ialah berusaha berbuat dan memberikan sumbangsih terbaik dari setiap individu untuk bangsa dan negeri tercinta ini.
GRECY said this on Maret 26, 2008 pada 2:00 am |
Dahulu, ketika aku masih sekolah memang menjadi guru adalah menjadi pahlawan, sekarang aku sudah menjadi guru walaupun cuma wiyata, saya tidak tahu apakah aku terlalu mengenarisil tetapi yang aku rasakan disekolah saya ada oknum guru yang tidak mencerminkan seorang pendidik, tidak banyak sih tetapi mewarnai karena mereka menjadi orang2 atasan
pemikiranku said this on Mei 21, 2008 pada 3:14 pm |
Guru itu digugu dan ditiru, baik di sekolah oleh murid muridnya maupun di tengah tengah masyarakat.Semua orang berpendidikan awal mulanya adalah jasa guru. Baik baruknya bangsa semua bergantung pada hasil pendidikannya.
Abah Ontohod said this on Agustus 26, 2008 pada 4:11 am |
kcoak kutu busuk ..bedebah
walah said this on Agustus 30, 2008 pada 12:21 am |
[…] guru, (so’ tua yah) tidak setiap hari saya mengajar, namun predikat saya di kantor memang guru, bisa kerja di sini karena kantor butuh seorang guru, dan yang didapat adalah saya (guru, blogger, komuter) […]
γγ γγ γ (PR) « komuter jakarta raya said this on September 23, 2008 pada 2:50 am |
Dewasa ini banyak orang bertanya-tanya, siapa dan bagai mana guru yang profesional itu sesungguhnya, apa yang sudah disertifikasi? atau yang udah disumpah? kalo yang gitu berarti seluruh guru di Indonesia banyak yang udah profesional dong?(suatu pandangan yang picik)padahal dapat dikatakan 99.99% guru di Indonesia ini belum dapat dikatakan profesional.
bagaimana tidak, kembali kepada syarat dasar profesional, salah satunya memiliki kode etik yang harus di ikuti, guru di indonesia belum sepenuhnya menjalankan itu. bagaimana dapat dikatakan profesional? meski udah melalui proses sertifikasi, sepertinya guru di negara kita menjadi guru karena tututan hidup, bukan panggilan nurani, sehingga banyak yang korup, bagai mana pendidikan mo maju, bagaimana korupsi bisa di kurangi, kalo guru saja pada korupsi ya ga?
jadi intinya, kalau anda ingin jadi guru yang profesional, hayati dan amalkan kode etiknya, masalah kompetensi pasti menyusul, sebeb didalam kode etik guru merupakan salah satu pointnya, masalah yang lain begitu juga, jadi buat para guru, jangan marah kalo sekarang saya katakan anda tidak profesional, sebab jawabannya ada pada anda, sudahkah anda mengamalkan dan menghayati kode etik? kalo sudah anda boleh marah kalo dibilang pro, kalo belum jangan ngaku-ngaku profesional deh, malu-maluin.
Lucky darma dani said this on April 10, 2009 pada 8:26 am |
Profesional…..gimana sih guru profesional itu?????…. teman teman senior saya yang dah pada sertifikasi…Lulus dan mendapat Tunjagan PROFESI…..ngajaranya gak jauh beda dengan sebelumnya…bahkan cara cara tradisional masih diterapkan….bahkan ketika ditanya salah seorang mudrid yang tiap pagi sarapan Internet…malah marah-marah berkata so toy maraotoy ke murdnya…RPP/SP aja kadang gak bikin…evaluasi sekedarnya…boro-boro melakukan analisi butir soal dan mengadakan remedial…Jauh …… Waktu ada jatah sertifikasi saya masih menolak waktu itu karena saya cukup tahu diri belum merasa Profesional…karena kuota kurang aja lalu ikutan…. Saya sudah puluhan bahkan mungkin ratusan kali penataran, pelatihan ..magang di Perusahaan otomotif ternama…narasumber berbagai seminar….nara sumber siaran langsung di TVRI…tapi saya masih merasa belum profesional…. bahkan peralatan canggih di sekolah tempatku ngajar baru saya doank menguasai….yang lain…jauh….Tteapi yang pada lulus sertifikasi tak satupun berkeinginan mempelajari alat-alat canggih tersebut untuk peningkatan mutu pendidikan…. APA AKATA DUNIA???
Priyono said this on Juli 14, 2009 pada 7:17 am |
POLA PENDIDIKAN YANG HANYA MENGEDEPANKAN NILAI TANPA DILANDASI DENGAN BUDI PEKERTI, MAKA HASIL PENDIDIKAN ITU ADALAH SAMPAH. DAN GURU HARUSNYA PAHAM AKAN SUATU KONSEP PENDIDIKAN YANG BERBASIS REALITAS SOSIAL MASYARAKAT, KARENA PENDIDIKAN SEKARANG DINILAI MENGAMBANG DAN TIDAK ADA AKARNYA.
PENTINGNYA SAINTIKA, ETIKA DAN ESTETIKA UNTUK PARA GURU SEKARANG
MAHENDRA STKIP BLITAR said this on September 9, 2009 pada 4:45 pm |
ijin kopi paste
excorming tonight said this on November 27, 2009 pada 12:57 am |
duuuuuuuuh pusing nech, tolong dong teman2 yang bisa bantu saya, apa sech uraian tentang guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional??????
luqman said this on Desember 1, 2009 pada 2:31 pm |
menjadi guru yang propisinal… bagus itu !! tapi lihat masih banyak guru dipaksakan untuk mengajar bukan dibidang keilmuannya bukankah itu dosa !! kita membohongi anak didik kita sendiri
wahyudin,SPd said this on Januari 3, 2011 pada 7:39 am |
Asslamualakum….wr,wb…
salam guru,
sya seorang guru muda usia saya 23 Thn, saya hampir 1 thn mengajar, awal masuk mengajar sya diberi tugas mengajar sesuai dengan bidang saya. tapi, setelah semester 2 usai, masuk tahun pelajaran baru saya diberi 3 mata pelajaran (Mulok, TIK, dan B,Inonesia) 2 mata pelajaran di luar bidang saya. saya seorang guru bahasa Indonesia. sebenarnya saya menolak tapi tetap saja saya diberi 3 bidang studi itu padahal saya tidak begitu menguasai bidang itu, tapi dengan alasan kekurangan guru dan ekonomi saya tetap menjalankan tugas itu.
irwan said this on November 2, 2012 pada 1:44 am |
Seorang guru haruskah menjadi contoh ?
Pulau Tidung said this on November 6, 2012 pada 12:48 pm |